Urutan Wali Nikah

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ (Assalammu Alaiqum)

“Urutan Wali Nikah” ketegori Muslim. Ustadz, mohon penjelasan tentang urutan wali nikah dan ketentuan lain yang mengatur tentangnya. Jazakallahu khairan katsira
Suhilmayeni
Jawaban
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Dalam kitab Kifayatul Akhyar, sebuah kitab fiqih yang lazim digunakan di dalam mazhab Syafi’i, disebutkan urutan wali nikah adalah sebagai berikut:
• Ayah kandung
• Kakek, atau ayah dari ayah
• Saudara se-ayah dan se-ibu
• Saudara se-ayah saja
• Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah dan se-ibu
• Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah saja
• Saudara laki-laki ayah
• Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah
Daftar urutan wali di atas tidak boleh dilangkahi atau diacak-acak. Sehingga bila ayah kandung masih hidup, maka tidak boleh hak kewaliannya itu diambil alih oleh wali pada nomor urut berikutnya. Kecuali bila pihak yang bersangkutan memberi izin dan haknya itu kepada mereka.
Penting untuk diketahui bahwa seorang wali berhak mewakilkan hak perwaliannya itu kepada orang lain, meski tidak termasuk dalam daftar para wali. Hal itu biasa sering dilakukan di tengah masyarakat dengan meminta kepada tokoh ulama setempat untuk menjadi wakil dari wali yang syah. Dan untuk itu harus ada akad antara wali dan orang yang mewakilkan.
Dalam kondisi di mana seorang ayah kandung tidak bisa hadir dalam sebuah akad nikah, maka dia bisa saja mewakilkan hak perwaliannya itu kepada orang lain yang dipercayainya, meski bukan termasuk urutan dalam daftar orang yang berhak menjadi wali.
Sehingga bila akad nikah akan dilangsungkan di luar negeri dan semua pihak sudah ada kecuali wali, karena dia tinggal di Indonesia dan kondisinya tidak memungkinkannya untuk ke luar negeri, maka dia boleh mewakilkan hak perwaliannya kepada orang yang sama-sama tinggal di luar negeri itu untuk menikahkan anak gadisnya.
Namun hak perwalian itu tidak boleh dirampas atau diambil begitu saja tanpa izin dari wali yang sesungguhnya. Bila hal itu dilakukan, maka pernikahan itu tidak syah dan harus dipisahkan saat itu juga.
Syarat Seorang Wali
Namun untuk bisa menjadi wali, seseorang harus memenuhi syarat standar minimal yang juga telah disusun oleh para ulama, berdasarkan pada ayat Al-quran dan sunnah nabawiyah. Syarat-syaratnya adalah:
• Islam, seorang ayah yang bukan beragama Islam tidak menikahkan atau menjadi wali bagi pernikahan anak gadisnya yang muslimah. Begitu juga orang yang tidak percaya kepada adanya Allah SWT . Dalil haramnya seorang kafir menikahkan anaknya yang muslimah adalah ayat Quran berikut ini: Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
• Berakal, maka seorang yang kurang waras atau idiot atau gila tidak syah bila menjadi wali bagi anak gadisnya.
• Bulugh, maka seorang anak kecil yang belum pernah bermimpi atau belum baligh, tidak syah bila menjadi wali bagi saudara wanitanya atau anggota keluarga lainnya.
• Merdeka, maka seorang budak tidak syah bila menikahkan anaknya atau anggota familinya, meski pun beragama ISlam, berakal, baligh.
Wallahu a’lam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Proses Pembelajaran

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ (Assalammu Alaiqum)

Berikut daftar kegiatan saya semenjak SD sampai ke Pergururan Tinggi:
- Lulus Sekolah Dasar di SDN 03 Sengkol pada Tahun 1993,
- Lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 1 Pujut pada Tahun 2002,
- Lulus Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 2 Praya / SMKN 1 Praya Tahun 2005.
- Saya menyebutkan 2 sekolah karena sekitar pada tahun ajaran 2004/2005 SMKN 2 Praya berubah nama menjadi SMKN 1 Praya. Disini saya mengambil jurusan Akomodasi perhotelan.
- Setelah lulus bekerja di Senggigi Beach Hotel & Pool Villa Club 9 bulan,
- Dari Seorang Room Boy beralih Profesi menjadi Tour Guider di PT Wannen Wisata Tour & Travel sampai akhir 2007,
- Bulan Juli 2008 melanjutkan kuliah di AMIKOM Mataram mengambil jurusan Manajemen Informatika, Banting steer.
Setelah menyelesaikan Studi D3 di AMIKOM kemudian saya melanjutkan kuliah D4 di FSRD ITB kerja sama Kampus AMIKOM dengan SEAMOLEC-ITB. Biaya kuliah di ITB sepenuhnya di tanggung oleh Yayasan Darma Bakti Mataram (AMIKOM). Sebelum saya memulai kegiatan belajar di ITB, saya telah mengikuti program belajar D4-BATCH4-ITB yang diselenggarakan oleh SEAMOLEC yang berlokasi dikota Tangerang jakarta Selatan selama 3 bulan. Disana saya tinggal di Pondok Cabe selama mengikuti program-program SEAMOLEC. Selama di SEAMOLEC kami diberi bekal ilmu yang sangat bagus dan bermanfaat, dan pernah menjalankan tugas ke Sulawesi Tengah yaitu di kota Palu. Dalam rangka memberi Pelatihan Berbasis TIK bagi Guru-guru di SMA/SMK-sederajat sekota Palu. Dan pada tanggal 14 November 2011 perkuliahan di ITB dimulai, sampai sekarang.